Menu Tutup

Kepemimpinan dalam Manajemen

Kepemimpinan dalam Manajemen

Kepemimpinan dalam Manajemen – Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, atau sering disebut pemuka, pembina, pembimbing, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, dan sebagainya.

Menurut istilah, pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Menurut Hikmat (2009: 249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban individu.

Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya.

Owen dalam Sudarmiani (2009: 33) menyimpulkan kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non individu, terjadi dalam interaksi dua orang atau lebih, di mana seseorang menggerakkan yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang diinginkan.

Menurut Hikmat (2009: 11) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan orang yang memimpin organisasi disebut manager.

Gaya Kepemimpinan

Pengertian gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam Sudarmiani (2009: 41) adalah: norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.

Gaya kepemimpinan memengaruhi pola perilaku seorang pemimpin saat memengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, dan cara pemimpin bertindak dalam memengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya (Malawi, 2010: 55). Teori ini ada tiga, yaitu:

1. Teori sifat (the trait theories)

Menurut Sutisna dalam Sudarmiani (2009: 42) teori sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif.

Teori ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramah-tamahan, integritas, keahlian teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin, dan kepercayaan (Tead dalam Malawi, 2010: 56).

2. Teori perilaku (the behaviour theories)

Teori ini memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya memengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:

a. Studi Kepemimpinan Universitas IOWA

Dilakukan oleh Ronald Lippit dan K. White menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:

  • Otoriter: kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan.
  • Demokratis: kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama.
  • Kebebasan: kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan diserahkan pada bawahan.

b. Studi OHIO

Ada empat gaya kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:

  • Telling: banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat.
  • Selling: banyak memberi perintah dan semangat.
  • Participating: sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat.
  • Delegating: sedikit memberi perintah dan semangat.

c. Studi Michigan

Peneliti dari Universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:

  • The job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknik kerja.
  • The employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai pegawai, memperhatikan kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.

d. Manajerial Grid (jaringan manajerial)

Penelitian ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu:

  • Concern for production: perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, kualitas pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran.
  • Concern for people: perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk karyawannya.

e. Sistem Kepemimpinan Likert

Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi individu. Empat sistem menurut Likert adalah:

  • Sistem 1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan suka mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.
  • Sistem 2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengar pendapat dari bawahan, memotivasi dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.
  • Sistem 3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan sedikit partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.
  • Sistem 4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide inovasi sehingga bawahan merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.

3. Teori Situasional

Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu.

a. Teori Kepemimpinan Kontigensi

Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers yang menyatakan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin bukan hanya karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya menurut teori ini, yaitu:

  • Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas.
  • Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan.

Tiga faktor yang memengaruhi:

  • Hubungan antara pemimpin dengan anggota.
  • Variabel struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang memiliki prosedur berupa langkah-langkah untuk penyelesaian tugas itu telah tersedia.
  • Variabel kekuasaan karena posisi pimpinan (Fattah, 2006: 96).

b. Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

Teori ini dikemukakan oleh Reddin yang merumuskan empat kelompok gaya dasar yaitu:

  • Separated: pemisah.
  • Dedicated: pengabdi.
  • Related: penghubung.
  • Integrated: terpadu.

c. Teori Kepemimpinan Situasional

Konsep ini pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard yang merupakan pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor yaitu perilaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan. Gaya berdasarkan teori ini yaitu:

  • Telling (gaya mendikte): diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas.
  • Selling (gaya menjual): diterapkan jika anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai.
  • Participating (gaya melibatkan diri): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan tetapi kurang percaya diri.
  • Delegating (gaya kendali bebas): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.

Demikian pembahasan Kepemimpinan dalam Manajemen, semoga bermanfaat.

Baca juga:

Bagikan yuk!
Posted in Course